SURABAYA- Lagi, dunia pendidikan Surabaya tercoreng. Kali ini lewat penahanan ijazah siswa tidak mampu oleh Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) Garuda, Manukan, Surabaya. Akibat siswanya tidak mempu melunasi tunggakan, pihak sekolah tega menahan ijazah siswanya. Bukan hanya satu, tapi ada lima ijazah yang masih tertahan di SMK Garuda.
Salah satu dari lima ijazah itu milik Fadhilah. Siswa lulusan tahun ajaran 2011/2012 ini harus rela ijazahnya ditahan pihak sekolah karena masih mempunyai tunggakan kurang lebih Rp1 juta. Ironisnya, pihak sekolah tega menahan meski tahu bahwa Fadhilah dari golongan keluarga tidak mampu. Bahkan, Fadhilah sempat bekerja di sebuah toko dengan menggunakan ijazah SMP-nya untuk menebus ijazah SMK-nya.
Saya sudah dua kali ke sekolah (SMK Garuda) untuk minjam ijazah anak saya. Tapi pihak sekolah tidak memberikan, kata Mariyam, ibu Fadilah.
Ia mengaku memang memiliki tunggakan ke sekolah anaknya, tapi karena himpitan ekonomi ia tidak mampu melunasinya. Bahkan agar ijazah anaknya cepat keluar, ibu dua orang anak ini sudah memohon pada pihak sekolah SMK Garuda untuk meminjam ijazah anaknya. Alasannya agar anaknya bisa mencari pekerjaan, sehingga bisa nyicil tunggakan ke sekolahnya.
Saya dan anak saya sudah dua kali ke sekolah. Saya sudah bilang ke bendahara sekolah untuk minjam ijazah agar anak saya bisa melamar pekerjaan. Kalau sudah kerja kan bisa nyicil tunggakan, tapi pihak sekolah tetap tidak mau tahu, ujarnya.
Bahkan, tetesan air matanya tetap tidak dihiraukan oleh pihak sekolah. Melihat tak kenal kompromi pihak sekolah, ia sampai menangis. Bahkan saat datang ke sekolah anaknya untuk kedua kalinya, ia mencoba meyakinkan pihak sekolah dengan mencoba memberi jaminan KTP agar ijazah anaknya bisa dipinjam. Pihak sekolah tetap tidak mau, Dua kali saya datang ke sekolah, pertama hanya dikasih fotokopian ijazahnya saja.
"Kok kayak gini ya?" tambahnya.
Kiri: Rumah Fadhilah.
Kanan: Fadhilah menunjukkan fotokopian ijazah yang diberikan SMK Garuda.
Fadilah terlahir dari keluarga tidak mampu. Jika melihat rumahnya saja, mingkin hati Anda akan iba. Rumahnya terletak di tengah sawah di daerah Benowo. Secara kasarnya mungkin tidak pantas disebut rumah, tapi lebih pantas disebut gubuk. Di gubuk itu Fadilah tinggal bersama kedua orangtua serta kakak laki-laki yang sudah beristri.
Jarak antara rumah ke sekolahnya cukup jauh, bisa ditempuh sekitar setengah jam, itu pun kalau naik sepeda motor. Tapi Fadhilah setiap hari kalau berangkat dan pulang sekolah menggunakan sepeda pancal. Cukup jauh sekolah saya, saya biasanya pakai sepeda pancal. Saya sebenarnya kamaren sudah kerja, tapi sekarang tidak karena toko bos saya sudah tutup. Saat itu saya melamar pakai ijazah SMP. Ya untuk menyicil ijazah dan bantu orang tua, ujar Fadilah.
Mendadak Diberikan
Anehnya, setelah kabar penahan ini menyebar luas, Fadilah ditelepon olah pihak sekolah untuk mengambil ijazahnya tanpa harus melunasi tunggakan. Baru saja wali kelas saya telepon, katanya suruh ngambil ijazah. Kenapa kok tidak dari kemarin-kemarin. Teman saya Ijazahnya juga ditahan, tapi tidak tahu kenapa, tambahnya dengan nada melas.
Ketika kabar ini dikonfirmasi ke pihak sekolah SMK Garuda, pihak sekolah membantah telah menahan ijazah siswanya. Menurut Kepala Sekolah SMK Garuda, Muhajirin, sangat tidak layak jika sekolahnya disebut menahan ijazah. Ini karena ada komunikasi yang terputus. Saya memang melihat dia (Fadhilah, Red) dengan orangtuanya di sini (di sekolah) sekitar 10 hari lalu. Saat itu saya hanya nyapa, karena saya ada jam ngajar," kata Muhajirin.
Setelah ngajar, dirinya diberitahu oleh bendahara sekolah bahwa kedatangan Fadhilah untuk meminjam ijazah. Bendahara cerita ke saya kalau Fadhilah dan orangtuanya mau minjam ijazah. Bendahara bilang tidak dikasih kerena tunggakannya masih banyak. Waktu saya hanya jawab, ohhh, terangnya.
Dirinya tidak bisa menyuruh bendahara untuk memberikan ijazah Fadilah, sebab di atas dirinya masih ada pihak yayasan. Kalau sekarang silakan diambil, saya juga sudah menelepon keluarga Fadilah untuk mengambil ijzahnya. Karena sudah ada perintah dari yayasan. Bahasanya bukan kami menahan, tapi karena belum ada komunikasi yang jelas," pangkasnya.
"Ada lima ijazah yang masih ada di sekolah, satu milik Fadilah. Kalau empatnya, sampai saat ini orangnya belum cap jempol dan tanda tangan. Dari lima Ijazah itu, rata-rata punya siswa tidak mampu, tapi kami tidak menahan, tapi anaknya belum ngambil, pungkasnya. mal
_____
Pihak sekolah tidak mau dituduh menahan ijazahnya, trus mau dibahasakan apa? Pihak sekolah pinjem bentar buat koleksi???
Sudah jelas anak gak mampu, masih saja dipersulit. Emang yayasan bakal miskin kalau beramal 1 juta saja untuk satu muridnya yang jelas tidak mampu?
Eh, dana pendidikan 20% itu kabarnya gimana yah? Apa hanya habis untuk gaji dan tunjangan sertifikasi? Ane bukan pakar pendidikan, jadi gak tahu. Mungkin ada kaskuser yang tahu?
Salah satu dari lima ijazah itu milik Fadhilah. Siswa lulusan tahun ajaran 2011/2012 ini harus rela ijazahnya ditahan pihak sekolah karena masih mempunyai tunggakan kurang lebih Rp1 juta. Ironisnya, pihak sekolah tega menahan meski tahu bahwa Fadhilah dari golongan keluarga tidak mampu. Bahkan, Fadhilah sempat bekerja di sebuah toko dengan menggunakan ijazah SMP-nya untuk menebus ijazah SMK-nya.
Saya sudah dua kali ke sekolah (SMK Garuda) untuk minjam ijazah anak saya. Tapi pihak sekolah tidak memberikan, kata Mariyam, ibu Fadilah.
Ia mengaku memang memiliki tunggakan ke sekolah anaknya, tapi karena himpitan ekonomi ia tidak mampu melunasinya. Bahkan agar ijazah anaknya cepat keluar, ibu dua orang anak ini sudah memohon pada pihak sekolah SMK Garuda untuk meminjam ijazah anaknya. Alasannya agar anaknya bisa mencari pekerjaan, sehingga bisa nyicil tunggakan ke sekolahnya.
Saya dan anak saya sudah dua kali ke sekolah. Saya sudah bilang ke bendahara sekolah untuk minjam ijazah agar anak saya bisa melamar pekerjaan. Kalau sudah kerja kan bisa nyicil tunggakan, tapi pihak sekolah tetap tidak mau tahu, ujarnya.
Bahkan, tetesan air matanya tetap tidak dihiraukan oleh pihak sekolah. Melihat tak kenal kompromi pihak sekolah, ia sampai menangis. Bahkan saat datang ke sekolah anaknya untuk kedua kalinya, ia mencoba meyakinkan pihak sekolah dengan mencoba memberi jaminan KTP agar ijazah anaknya bisa dipinjam. Pihak sekolah tetap tidak mau, Dua kali saya datang ke sekolah, pertama hanya dikasih fotokopian ijazahnya saja.
"Kok kayak gini ya?" tambahnya.
Kiri: Rumah Fadhilah.
Kanan: Fadhilah menunjukkan fotokopian ijazah yang diberikan SMK Garuda.
Fadilah terlahir dari keluarga tidak mampu. Jika melihat rumahnya saja, mingkin hati Anda akan iba. Rumahnya terletak di tengah sawah di daerah Benowo. Secara kasarnya mungkin tidak pantas disebut rumah, tapi lebih pantas disebut gubuk. Di gubuk itu Fadilah tinggal bersama kedua orangtua serta kakak laki-laki yang sudah beristri.
Jarak antara rumah ke sekolahnya cukup jauh, bisa ditempuh sekitar setengah jam, itu pun kalau naik sepeda motor. Tapi Fadhilah setiap hari kalau berangkat dan pulang sekolah menggunakan sepeda pancal. Cukup jauh sekolah saya, saya biasanya pakai sepeda pancal. Saya sebenarnya kamaren sudah kerja, tapi sekarang tidak karena toko bos saya sudah tutup. Saat itu saya melamar pakai ijazah SMP. Ya untuk menyicil ijazah dan bantu orang tua, ujar Fadilah.
Mendadak Diberikan
Anehnya, setelah kabar penahan ini menyebar luas, Fadilah ditelepon olah pihak sekolah untuk mengambil ijazahnya tanpa harus melunasi tunggakan. Baru saja wali kelas saya telepon, katanya suruh ngambil ijazah. Kenapa kok tidak dari kemarin-kemarin. Teman saya Ijazahnya juga ditahan, tapi tidak tahu kenapa, tambahnya dengan nada melas.
Ketika kabar ini dikonfirmasi ke pihak sekolah SMK Garuda, pihak sekolah membantah telah menahan ijazah siswanya. Menurut Kepala Sekolah SMK Garuda, Muhajirin, sangat tidak layak jika sekolahnya disebut menahan ijazah. Ini karena ada komunikasi yang terputus. Saya memang melihat dia (Fadhilah, Red) dengan orangtuanya di sini (di sekolah) sekitar 10 hari lalu. Saat itu saya hanya nyapa, karena saya ada jam ngajar," kata Muhajirin.
Setelah ngajar, dirinya diberitahu oleh bendahara sekolah bahwa kedatangan Fadhilah untuk meminjam ijazah. Bendahara cerita ke saya kalau Fadhilah dan orangtuanya mau minjam ijazah. Bendahara bilang tidak dikasih kerena tunggakannya masih banyak. Waktu saya hanya jawab, ohhh, terangnya.
Dirinya tidak bisa menyuruh bendahara untuk memberikan ijazah Fadilah, sebab di atas dirinya masih ada pihak yayasan. Kalau sekarang silakan diambil, saya juga sudah menelepon keluarga Fadilah untuk mengambil ijzahnya. Karena sudah ada perintah dari yayasan. Bahasanya bukan kami menahan, tapi karena belum ada komunikasi yang jelas," pangkasnya.
"Ada lima ijazah yang masih ada di sekolah, satu milik Fadilah. Kalau empatnya, sampai saat ini orangnya belum cap jempol dan tanda tangan. Dari lima Ijazah itu, rata-rata punya siswa tidak mampu, tapi kami tidak menahan, tapi anaknya belum ngambil, pungkasnya. mal
_____
Pihak sekolah tidak mau dituduh menahan ijazahnya, trus mau dibahasakan apa? Pihak sekolah pinjem bentar buat koleksi???
Sudah jelas anak gak mampu, masih saja dipersulit. Emang yayasan bakal miskin kalau beramal 1 juta saja untuk satu muridnya yang jelas tidak mampu?
Eh, dana pendidikan 20% itu kabarnya gimana yah? Apa hanya habis untuk gaji dan tunjangan sertifikasi? Ane bukan pakar pendidikan, jadi gak tahu. Mungkin ada kaskuser yang tahu?
sumber :http://www.kaskus.co.id/thread/000000000000000016993213
Post a Comment