"Saya belum selesai bicara, this is our show."
Dari debat Calon Gubernur dan Wakil Gubernur DKI Jakarta yang digelar Jumat (14/9) malam di Hotel Gran Melia, Jakarta, oleh Komisi Pemilihan Umum (KPU) DKI Jakarta, telah memunculkan dua karakter yang bisa digambarkan.
Debat cagub dan cawagub DKI Jakarta ini adalah bagian dari kampanye hari ini menjelang putaran dua Pemilu Kada 20 September mendatang.
Dua calon yang mengikuti debat kali ini adalah pasangan nomor urut satu Fauzi Bowo-Nachrowi Ramli dan pasangan nomor urut tiga Joko Widodo-Basuki Tjahaja Purnama (Jokowi-Ahok).
Suasana kampanye hari pertama saja tensi sudah tinggi saat para calon ini turun ke masyarakat untuk menjaring simpati. Itu terlihat dari pernyataan yang keluar dari mulut kandidat. Seperti Nachrowi Ramli yang menyindir Jokowi jangan selalu berlagak miskin.
Puncak ketegangan terungkap saat debat kandidat digelar tadi malam yang disiarkan di sebuah stasiun TV lokal dan salah satu stasiun TV nasional itu.
Dua pasangan kandidat DKI-1 dan DKI-2 itu diuji oleh para pakar yang handal di bidang masing-masing yakni Yayat Supriyatna (pengamat tata kota), Ninasapti Triaswati (dosen Fakultas Ekonomi UI), Siti Nurbaya Bakar (ahli ilmu pemerintahan) serta Imam B Prasojo (sosiolog UI).
Psy war antara kedua calon itu terjadi pada saat kedua cagub head-to-head membahas permasalahan soal tata kelola pemerintahan yang bersih.
Waktu tiga menit yang disediakan panitia untuk melakukan debat tersebut pun terasa lebih banyak dihabiskan oleh Foke, sapaan akrab Fauzi Bowo, saat mengkritisi beberapa tudingan dari cagub Joko Widodo (Jokowi).
Tidak segan-segan bahkan, Foke menegur MC acara debat cagub Rahma Sarita yang mengingatkan kepada dirinya untuk memberi kesempatan kepada Jokowi untuk menanggapi.
"Saya belum selesai bicara, this is our show," sergah Foke.
"Komitmen untuk tata kelola pemerintahan yang baik sudah kami tunjukkan. Seperti misalnya korupsi. Tidak pantas cagub seperti Anda (Jokowi) mengandalkan informasi yang tidak benar," kata Foke dengan nada tinggi.
Hal tersebut diungkapkannya ketika menanggapi ungkapan Jokowi yang mengutip hasil rilis PPATK yang menempatkan Jakarta di posisi pertama sebagai kota terkorup.
"PPATK tidak pernah mengatakan hal tersebut. Bahkan sudah dikoreksi," tegas Foke lagi.
Menanggapi emosi Foke tersebut, Jokowi hanya menjawab dengan tersenyum dan santai.
"Ya, PPATK memberikan angka seperti itu, ya, berdasarkan fakta yang didapat. Dan saya percaya PPATK sebagai lembaga yang resmi," jawab Jokowi.
Ketika dirinya lantas kembali mengingatkan kepada Foke mengenai angka kemiskinan di Jakarta yang mencapai 10%.
"Soal angka kemiskinan, pada saat Pak Foke masuk berapa, dan saat ini berapa? Apakah memang dari dulu sudah 3%, atau memang sudah seperti itu, atau bagaimana?" tanya Jokowi.
Sementara itu, menanggapi soal anggaran (APBD), Jokowi menjawabnya dengan mencoba merendah diri.
"Angka APBD besar sekali, seharusnya dapat menjadi produk yang bisa dilihat oleh masyarakat, entah MRT dan monorel. Kalau saya sih, orang bodoh, ya, mikirnya begitu," jawabnya.
Pada segmen berikutnya, Jokowi pun dengan halus menohok kepemimpinan Fauzi Bowo.
"Dari sistem yang telah baik dibangun, tetap saja yang paling penting adalah teamwork-nya, di mana gubernur dan wakil gubernur harus rukun, harus berkomunikasi, karena yang kita kerjakan adalah pekerjaan besar," kata Jokowi.
Dijelaskan Jokowi, setelah adanya hubungan yang baik antara keduanya, maka selanjutnya akan berdampak kepada saat mendesain kebijakan.
"Tentunya dalam membuat kebijakan, kita juga harus menerima masukan dari masyarakat, serta fakta di lapangan harus dilihat juga," sebut Jokowi.
Seperti diketahui, hubungan Gubernur petahana DKI Jakarta Fauzi Bowo alias Foke dan wakilnya Prijanto tidak harmonis, bahkan Prijanto sampai minta mengundurkan diri dari jabatannya.
Debat kali ini juga mengupas konsep dari masing-masing kandidat mulai dari soal pendidikan, penataan ekonomi kerakyatan, kesehatan, transportasi, sosial budaya, dan keamanan.
Soal penataan pasar, Foke memandang dirinya sudah membenahi pasar-pasar tradisional di seantero Jakarta. Baginya sudah tidak ada lagi pasar yang kumuh dan becek. Pemprov DKI Jakarta, menurutnya, juga memberikan bantuan permodalan bagi pedagang lewat koperasi.
Namun, Jokowi memandang pasar-pasar tradisional masih perlu direvitalisasi dan bila perlu memberikan injeksi besar bagi para pedagang pasar. Kemudian, mendorong para pedagang membentuk konsorsium agar bisa bersaing dengan supermarket dan hipermarket.
Menyikapi hal ini, Yayat Supriyatna, pengamat tata kota Universitas Trisakti, mengatakan dari debat Jumat malam terbentuk dua karakter yang dapat disuguhkan kepada para calon pemilih di putaran kedua Pilgub, pekan depan.
"Ada satu karakter yang mengedepankan konsep dan akademika, dan ada yang lebih empiris," ujar Yayat meski enggan menyebutkan siapa yang dimaksud.
"Saat ini ya tergantung pilihan masyarakat saja, mau yang dibuai dengan konsep belaka atau pilih yang memang memiliki tujuan atas tindakan akhir," paparnya.
Menurut Yayat, dirinya melihat ada satu karakter yang memang sudah menguasai dokumen di luar kepala dan ada satu yang memang pendatang baru yang memang mencoba bermain dari sisi luar.
"Nah itu dibandingkan, (kontes) yang memang menarik, yang satu berpengalaman, yang satu sisi dengan bukti," sambungnya.
Sementara itu, dari sisi pola dinamika yang terjadi dalam debat cagub, hanya tinggal bagaimana kecerdasan pemilih dalam memihak para calon.
Jadi semua itu terserah nurani Anda.
sumber :http://www.beritasatu.com/megapolitan/71779-antara-yang-berpengalaman-dan-yang-terbukti-di-debat-cagub.html
إرسال تعليق